BIDADARI
KECIL
Biarlah kusimpan sampai nanti aku kan
ada disana. Tenanglah dirimu dalam kedamaian ingatlah cintaku… kau tak terlihat
lagi namun cintamu abadi…
(Mengenangmu-Kerispatih)
Hari ini, hari
Kamis. Hari ini, hari biasa yang akan kulalui dengan campuran semua rasa. Aku
mendengar lantunan merdu, halus nan lembut itu, rasanya kesejukan di pagi hari
selalu disebabkan olehnya. Suara yang tak asing lagi bagiku, keluargaku,
tetangga-tetanggaku dan semua warga sekitar rumahku. Itulah adzan Subuh yang dikumandangkan
oleh sesepuh di kampungku, Ki Mamad. Menandakan aku harus menyambut matahari.
Menandakan aku harus bernyanyi bersama para burung yang berkicau riang.
Menandakan aku harus menari bersama para kupu-kupu dengan anggunnya. Menandakan
aku harus tersenyum kepada semua orang. Take a rest, enough!
Saat itu pula alarm di handphone ku berbunyi nyaring.
Disertai dengan satu nada khusus, satu sms masuk, dari orang yang sangat
special bagiku sekarang… Aris Budi Wicaksono.
‘Selamat Pagi Panda :p’
Aku
hanya membacanya dengan wajah yang tersipu tentunya dihiasi senyuman malu.
Dengan semangat aku segera mengetik balasan untuknya.
‘Pagi juga Kelinci :p’
Namun
aku berniat untuk mengirimnya setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Aku ambil
air wudhu. Sungguh air wudhu sangat terasa segar bukan hanya terasa di atas
kulit saja, namun sampai ke lapisan yang paling dalam. Apalagi jantung hati.
Terima kasih ya Allah, engkau masih memberiku umur untuk merasakan semua
karunia-Mu ini, Alhamdulillah…
***
“Woy! Bengong aja sih lu! Kenapa?” Tanya Rika.
Aku hanya menjawab dengan pundakku yang ku gerakkan ke
atas.
“Yah, PMS ya lu! Cerita dong! Ke sahabat sendiri kok kaya
gitu, kita sahabatan udah dua tahun loh, memang baru dua tahun, tapi kita kan
deket banget, please deh jangan kayak yang baru kenal gitu, sombong amat dah…”
Mulai deh ini anak ngomongnya gak pake spasi. Bisikku
dalam hati. Seketika kutempelkan saja jari telunjukku ke kedua bibirnya yang
manis, terhentilah omongannya.
“Apaan sih lu, mulai deh ngomong ngelantur kemana-mana,
terus aja terus ngomong sampai bel pulang! Aku cuma gak enak perasaan.” Kataku.
“Wah wah wah, bakal ada sesuatu yang terjadi nih.”
“Elu tuh ya, ngupahin kek, biar perasaan gue agak
enakan.”
“Hahaha… sorry sorry, tapi kak Aris gak kenapa-napa kan?
Lo sama dia gak lagi berantem kan?”
“Maksud lo?”
“Yaaah, feeling gue sih bakal ada apa-apa antara kalian.”
“Masa sih?”
“Gak usah percaya juga kali na.”
“Tapi feeling lo bener terus kaaa…”
“Aduh serasa jadi Ki Joko Bodo nih… bohong kali na
hahaha... “
Teng teng teng!!! Bel masuk kelas berbunyi.
“Udah ah masuk kelas yuk!” ajak Rika. Aku hanya
mengangguk.
***
Setelah semua jam pelajaran selesai. Aku mampir ke kelas
sebelah untuk mengajak Rika pulang bareng.
“Rika…” panggilku.
“Hey! Bentar na.” jawab Rika yang sedang merapikan
bukunya itu.
“Pulang bareng yuk!”
“Loh? Gak dijemput kak Aris?”
Aku hanya menggelengkan kepala dengan wajah yang aku
yakin tidak secerah hari ini, dan melanjutkan berjalan.
“Yaudahlah ya, gak usah cemberut gitu juga, lagi ada
urusan mungkin?”
“Tapi kok gak ngasih kabar ya?”
“Hah? Zuvevo? Dari pagi?”
“Ngga sih, tadi subuh ngucapin selamat pagi doang dan gak
dibales lagi. Kenapa ya?”
“Hahaha jadi sekarang seorang Naufa galau gara-gara
cowok? Wow!”
“Kata siapa? No way!”
“Ah ngaku aja deh lo, dulu aja ngatain gue ‘masa galau
gara-gara cowok! Ga ada kerjaan tau ga!’ sekarang? Karma karma…”
“Oyeh? Emang masalah buat lo?”
Rika hanya menjulurkan lidahnya, kemudian bertanya.
“Hunting makanan yuks!”
“Let’s go!” sambutku dengan riang.
***
Pukul 15.45 WIB.
Kulihat handphone-ku yang dari tadi aku simpan di tas.
Sungguh dari tadi aku tak kuasa melihatnya, karena sudah pasti tidak akan ada
tanda sms. Dan benar saja! Hal itu terbukti sekarang. Layar handphone-ku hanya dihiasi
oleh 7 icon bbm masuk. Mungkinkah diantara bbm itu ada bbm dari ibunya Aris?
Apakah dia tidak punya pulsa? Dan sekarang ngasih kabar? Apa mungkin? Dengan
segera tanganku membuka bbm-bbm yang masuk itu. Tapi ternyata sampai 5 bbm yang
masuk, semua isinya broadcast. Tanganku mulai lelah mebuka 2 lainnya. Bbm yang
ke-6 dari kak Ilham. Loh? tumben kak Ilham nge-PING. Padahal dari SMP kita tak
saling kenal, walau kita saling tahu.
‘Iya kak?’ balasku.
Tidak lama kemudian, dia pun membalas. Oh iya, aku baru
ingat kak Ilham adalah teman dekat Aris.
‘Aku Cuma nyampein psn
Aris, ktnya km g ush temuin dia lg. Mulai skrg!’
‘Loh? Tp knp? Ah kk
bhong kan nih? Ini aris kan? G lucu nih ah, bkn deg-degan aj’
‘Trserah lo dek, gue cuma
nyampein’
Ya Tuhan… Apa salahku? Aris… Apa salahku? Aku pikir
akhir-akhir ini kita tak punya masalah… Kenapa jantungku berdetak semakin
kencang? Ada apa ini? Kenapa aku semakin lemah?
BERSAMBUNG
***
0 komentar:
Posting Komentar